18/05/2024
Banjarmasin – Setelah sehari sebelumnya menggelar Kuliah Umum mengenai kurikulum, Program Studi (PS) Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) pada Sabtu, 18 Mei 2024, melaksanakan Seminar Nasional Pendidikan Fisika (SNPF) di Hotel Harper mulai pukul 08.00-16.30 WITA. Agenda tahunan PS Pendidikan Fisika ini mengambil tema Sinergitas Inovasi dan Evaluasi Pembelajaran Fisika dalam Kurikulum Merdeka dan menghadirkan 3 orang narasumber yaitu Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Wahono Widodo; dosen sekaligus peneliti kebijakan pendidikan dari Universitas Islam Internasional Indonesia, bambang Sumintono; dan dosen PS Pendidikan Fisika FKIP ULM, Mustika Wati. Acara dibagi ke dalam 2 sesi yaitu sesi seminar dan sesi presentasi makalah. Kegiatan ini dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Akademik, Deasy Arisanty, dan dihadiri dosen PS Pendidikan Fisika FKIP ULM serta tamu undangan diantaranya, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (JPMIPA) FKIP ULM, Syahmani dan ketua Physical Society of Indonesia cabang kalsel, Ninis Hadi Haryanti.
Ketua panitia, Dewi Dewantara menyampaikan bahwa SNPF adalah kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun bekerjasama dengan Himapsika (HImpunan mahasiswa PS Pendidikan Fisika), serta berkolaborasi dengan Physical Society of Indonesia. Kegiatan ini menjadi wadah dalam menambah wawasan tentang perkembangan pembelajaran fisika. “Pada tahun ini tema berfokus pada inovasi dan pembelajaran fisika dalam kurikulum merdeka. Seminar ini juga menjadi wadah publikasi bagi peserta, karena pemakalah dapat mempresentasikan secara oral hasil penelitiannya, dan dapat dipublikasikan pada prosiding ber-ISSN serta jurnal-jurnal yang telah terakreditasi Sinta, yakni Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, JMSECEdu, dan jurnal lainnya,” jelasnya.
Dewi juga menyebutkan, peserta dan pemakalah (122 makalah) berasal dari berbagai universitas dan lembaga diantaranya Universitas Negeri Jakarta, Universitas Jambi, Universitas Sebelas Maret, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Bengkulu, Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Universitas Negeri Makassar, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Riau, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Malang, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sunan Kalijaga, UIN Antasari, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), serta guru dari SMA/SMK dan MA seperti dari SMAN 6 Banjarmasin, SMKN 4 Banjarbaru, SMAN 1 Mantewe, dan lain-lain.
Menurut ketua PS Pendidikan Fisika, Abdul Salam, narasumber yang diundang merupakan guru besar dan pakar Pendidikan yang kompeten untuk mengantarkan peserta pada diskusi terkait inovasi pembelajaran yang bisa dijadikan alternatif pilihan bagi para guru ketika melaksanakan pembelajaran berikut asesmen yang sejalan dengan tuntutan Kurikulum Merdeka. Sejalan dengan itu, salah satu narasumber, Bambang Sumintono dalam presentasi terkait inovasi asesmen memaparkan tentang analisis Pemodelan Rasch pada tes kognitif pendidikan sains. Menurutnya analisis ini meliputi (1) asesmen tingkat kesulitan dan ketelitian soal (how much dan how precise), (2) tepatan soal/validitas konten/miskonsepsi (how good) [multi level multiple choice], (3) pengecoh/item distractor , (4) item bias (different item functioning), (5) penilaian acuan normatif/level descriptor dengan data logit person atau logit item, (6) profiling peserta tes (how good, skalogram, diagnostic), (7) analisis desain eksperimen: racking dan stacking, dan (8) analisis instrument level: reliabilitas, validitas (unidimensi, rating/rubric scale, wright map), item bank.
Sementara itu, Mustika Wati menyampaikan materi yang lebih kontekstual dalam penggunaan model Rasch ini yaitu asesmen literasi sains Fisika SMA yang berbasis kearifan lokal dan Profil Pelajar Pancasila. Dalam pemaparannya, Mustka menjelaskan asesmen untuk siswa SMA pada materi dinamika partikel dengan menggunakan Rasch Model. Menurutnya, indikator penilaian dalam literatur sains meliputi menjelaskan fenomena ilmiah, menafsirkan data dan bukti ilmiah, dan mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah. Berbeda dengan pendekatan teori klasik, pemodelan Rasch menggunakan analisis tingkat abilitas individu sebagai alat untuk membedakan kemampuan peserta didik dalam menjawab soal. (admin)