Seminar Nasional Kolaborasi Pendidikan Kimia 2024: Tren Riset Kimia dan Pendidikan Menyongsong Indonesia Emas 2045

24/06/2024

Dokumentasi luring (doc. panitia)
Dokumentasi daring (doc. panitia)

Banjarmasin – Empat universitas di Indonesia, yaitu Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Universitas Gorontalo (UNG), Universitas Malikul Shaleh, dan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah, sukses menyelenggarakan Seminar Nasional Kolaborasi Pendidikan Kimia 2024. Seminar yang diprakarsai oleh Program Studi (PS) Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ULM ini mengusung tema “Tren Riset Kimia dan Pendidikan Kimia Menyongsong Indonesia Emas 2045,” berlangsung secara hybrid di Aula Hasan Bondan FKIP ULM dan melalui platform Zoom Meeting.

Acara yang diadakan pada hari Sabtu, 22 Juni 2024 ini dihadiri oleh 286 peserta dengan 91 diantaranya sebagai pemakalah yang bergabung baik secara luring maupun daring. Kegiatan dimulai dengan sambutan ketua panitia, Rusmansyah, yang menekankan pentingnya kolaborasi antar institusi dalam forum ilmiah. “Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat jaringan akademis, tetapi juga membuka peluang untuk inovasi dan pengembangan riset yang lebih luas,” ujarnya.

Selanjutnya, Ketua Divisi Pendidikan Kimia, Himpunan Kimia Indonesia, Guru Besar, Suyanta memberikan sambutan sekaligus membuka acara secara resmi. Beliau mengapresiasi terlaksananya kolaborasi seminar oleh empat kampus dari wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur. “Ini adalah langkah maju dalam menciptakan sinergi yang kuat antar universitas untuk bersama-sama menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di bidang pendidikan dan riset kimia,” katanya.

Acara inti dimulai dengan pemaparan materi oleh dua keynote speaker yang sangat berpengalaman di bidang Pendidikan Kimia dan Ilmu kimia, dipandu oleh moderator Yogo Dwi Prasetyo. pembicara pertama, Yuli Rahmawati, ahli bidang pendidikan kimia dan pengajarannya, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menyampaikan materi terkait tren penelitian pendidikan kimia menyongsong Indonesia Emas 2045. “Pendidikan kimia harus adaptif terhadap perkembangan teknologi dan metodologi pengajaran untuk mencetak generasi emas yang siap bersaing di kancah global,” ungkapnya.

Pembicara kedua, Muhammad Abdulkadir Martoprawiro, ahli bidang ilmu kimia dari Institut Teknologi Bandung (ITB), membawakan materi tentang arah perkembangan riset ilmu kimia di Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. “Riset kimia harus fokus pada inovasi berkelanjutan dan aplikasi praktis yang dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan industri,” ujarnya.

Setelah istirahat, shalat, dan makan (ishoma), acara dilanjutkan dengan sesi paralel seminar nasional yang menghadirkan 9 invited speakers dari ULM, UNG, Universitas Malikul Shaleh, dan UIN Raden Patah. Selain itu, 91 pemakalah juga menyampaikan hasil risetnya yang berkaitan dengan ilmu kimia dan pendidikan kimia.

Acara ini berakhir dengan kesimpulan bahwa sinergi dan kolaborasi antar institusi pendidikan tinggi sangat penting dalam menghadapi tantangan global dan mencapai tujuan nasional. Semua peserta sepakat bahwa kolaborasi semacam ini perlu terus dilakukan dan ditingkatkan di masa mendatang. (Kontributor: Yogo Dwi Prasetyo)

(Admin)