06-08/12/2024
Banjarmasin – Risma Liyanti, mahasiswa Program Studi (PS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) kembali menorehkan prestasi di bidang penulisan karya sastra. Setelah berhasil meraih juara 3 lomba penulisan cerpen Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas), Oktober silam, Risma berhasil meraih juara 1 sayembara penulisan cerpen pada Aruh Sastra Kalimantan Selatan (ASKS) 2024. cerpen berjudul “Pada Matanya Mengalir Air Keruh” berhasil mencuri perhatian juri lomba yaitu sastrawan nasional Benny Arnas, penulis asal Banjarmasin, Zulfaisal Putera, dan cerpenis perempuan Kalsel, Ratih Ayuningrum.
cerpen yang bercerita tentang tokoh perempuan tua, Ining yang mengalami trauma karena kehilangan suaminya yang tersapu arus sungai akhirnya tewas dalam banjir besar yang melanda daerah Hulu Sungai tahun 2021 silam. Menurut catatan dewan juri, keunggulan cerpen ini terletak pada gaya bahasanya yang apik dan pengemasan lokalitas yang tidak hanya sebagai tempelan dalam cerita, namun menjadi alur konflik yang utama yang menggerakkan cerita hingga mampu membuat cerpen ini begitu kuat.
Risma menerima penghargaan secara seremonial kemenangannya ini pada perhelatan Aruh Sastra yang berlangsung pada 6-8/12 di Desa Barikin, Hulu Sungai Tengah. Terkait kemenangan ini, Risma merasa senang karena ia bisa berada di jajaran pemenang dari acara tahunan sastra yang bergengsi di Kalimantan Selatan. “Saya juga bangga sekaligus terharu karena ternyata mampu berkompetisi bersama penulis-penulis hebat di Kalsel. Kemenangan ini jadi pemantik semangat berkarya dalam diri saya. Serta keinginan untuk terus terlibat dalam perjalanan sastra di banua,” ujarnya.
Mengenai proses kreatif, utamanya menggali lokalitas, menurutnya, kesulitan ketika menggali, khususnya lokalitas Hulu Sungai Tengah adalah saat mencoba menggali kebiasaan masyarakat HST di mana ia bukan bagian dari mereka. Risma sendiri mengaku belum pernah ke HST, sehingga muncul kesulitan dalam menjelaskan hal-hal yang lebih mendalam mengenai lokalitas di sana. Menurutnya, ini yang sering menjadi kesulitan baginya ketika mengangkat suatu lokalitas karena tentu saja kita sebagai penulis tidak bisa asal menceritakan tanpa adanya riset. “Untuk kemudahan dalam menggali lokalitas bagi saya, ada banyak sekali aspek yang bisa diangkat dari lokalitas. Keunikan dan keberagaman itu menjadi nilai lebih dalam pemunculan ide. Selain itu, lokalitas akan terasa akrab dengan penulis, sehingga lebih mudah dalam proses pengembangan cerita,” ujarnya.
Selamat kepada Risma Liyani, semoga terus mengukir prestasi dan menjadi inspirasi bagi yang lain. (admin)